Namanya juga uneg-uneg. Ya.. tempat nulis segala macam uneg!!!

Sunday, October 31, 2010

Selamat Jalan

Rasa sesal itu masih tersisa.
Tidak seharusnya..
tapi begitulah,
Sesal itu menggantung enggan pergi dari dalam benakku.
Andai saja kutahu..
Andai saja ku lebih peka..
Andai saja ku mau membaca tanda-tanda .
Tentu akan berbeda jadinya.

*

Ku tahu itu.
Dikala ajal tiba,
tak satupun bisa menunda...
bukan saat ajal yang ingin kutunda,
tapi saat menemani papa ketika meregang ajal adalah saat-saat terlewatkan di mana kuingin bersamanya.
Memegang erat tangannya...
Memohon maaf atas kesalahan di saat lagi dia ada
Menuntunnya, mengucapkan syahadat , di saat napas terakhir terhembus dari paru-parunya.

*

Alhamdullilah, itulah yang kudengar dari mama.
Syahadat terucap lancar dari lidah papa
di saat napas terakhir terhembus meninggalkan tubuh papa.
Suatu tanda khuznul hotimah
Mudah-mudahan demikanlah adanya.

*

Firasat itus seseungguhnya ada.
Hanya saja ku tidak merasakannya.
Ntah kenapa, beberapa hari sebelum papa pergi
ada dorongan kuat untuk pulang
Serta merta kupaksakan kuambil cuti yang tidak pernah terencana sebelumnya.
Kuingin pulang, menengok papa yang waktu itu masih terbilang sehat.
*

Setelah kutiba,
Terjadi begitu saja..
Belum lagi kusempat menengoknya
Kondisi papa menjadi buruk.
Batuk tiada henti.
Napas terengah-engah.
Terbaring lemas di rumah sakit.
*

Empat hari ku ikut menemaninya.
Di hari ke empat kondisi papa membaik
Makan dan minumi kembali normal
Batuk jauh berkurang,
Dahak kuning mengental terbuang sudah.
Di hari itu kumohon ijin pada Papa.
Untuk tidak datang lagi hari selanjutnya.
Kuharus kembali mencari nafkah di negeri orang.
Papa tersenyum dan menganguk ikhlas melepasku pergi.
Senyum ikhlas yang belakangan kutahu menjadi senyuman terakhir kulihat dikala papa masih hidup.

**

Baru pagi itu kukembali ke negeri singa
Di kala senja harus kutinggalkan kembali negeri itu
Pulang...
Mendapati Papa telah pergi..
Terjadi begitu saja.
**

Hampir tengah malam kutiba di rumah.
Papa terbujur di tengah ruangan,
Diam tiada napas.
Kuberungut –sungut menghampirinya.
Entah kenapa.
Ketika kutatap wajah papa yang terbujur kaku
Rasa sedih itu hilang sudah
Kulihat papa telah pergi dengan damai.
Senyumnya terbersit dari wajahnya yang diam kaku.
Senyum yang seolah mengingatkanku
Ada hidup setelah mati.
**

Selamat jalan papa.
Terimakasih telah menjadi pahlawan bagi kami.
Berkorban dan berjuang tiada henti
Sampai ajal tak mengijinkammu lagi.
Kini tugasmu didunia ini telah selesai.
Beristirahatlah dengan tenang.

***

Singapura 31 Oktober 2010