Namanya juga uneg-uneg. Ya.. tempat nulis segala macam uneg!!!

Thursday, August 31, 2006

Bangga Menjadi Orang Indonesia

Tulisan di bawah ini pernah saya kirimkan ke rubrik KOKI Kompas, dan dimuat pada tanggal 25 Agustus 2006


Bangga Menjadi Orang Indonesia

Anda orang Indonesia?
Masih tinggal di Indonesia?
Di Jakarta?
Ke kantor naik bis- umpel-umpelan?
Lalu lintas macet?
Pernah Naik kereta super ekonomi ke Yogya or Surabaya ?
Pernah kebajiran?
Pernah dipalakin di bus sama gerombolan preman?

Kalau semua jawaban di atas = "Ya", maka saya hanya Cuma bisa berkomentar :
"Kaciaannn deh elo…"
Hi… hi.. hi… maaf-maaf, saya hanya bercanda, jangan di ambil hati.
Bukannya congkak.. bukannya sombong.. atau kagetan karena baru 2.5 tahun terakhir tinggal di Bangkok dan Singapore, terus seenak udelnya sendiri ngeledek saudara-saudara yang masih di tanah air.

Sebaliknya , dalam tulisan ini, saya ingin menghibur saudara-saudara yang jawaban atas pertanyaan-pertanyaan diatas = ya atau 80% ya. Jika demikian halnya, maka nasib Anda sebenernya tidak jauh beda dengan nasib saya. Cuma sedikit perbedaannya yaitu, bagi saya : itu nasib saya dulu, sementara bagi Anda: yah… itu nasib anda sekarang (lagi : kaciaannn deh elo… hi.. hi..hi.. ketawa jahil).

Ok, sekarang saya serius. Kalau Ada yang bertanya: apa sih yang bisa dibanggakan for being Indonesian? Maka jawaban saya adalah : Kita harus bangga karena kita orang Indonesia Bisa dan Biasa hidup susah!!!
Becanda lagi nih?
Nggak, saya Serius!! Saya nggak boong. Kalau saya boong biarkan Tuhan memberikan cobaan yang berat pada saya (red : kata pak ustadz harta yang berlimpah merupakan cobaan yang berat)

Kemampuan untuk hidup susah (saya sebut aja "survival ability" ya) tidak dimiliki orang-orang yang lama hidup di negara-negara mapan.
Boss saya (orang India) pernah cerita: suatu ketika teman-nya-sebut saja Sarukh- dan keluarganya pamit pada boss saya pulang ke negara asalnya,India yang murah meriah untuk menikmati pensiun dini, setelah 15 tahun kerja di Singapore . Eee… belum satu tahun pamitan, pulang ke India, si Sarukh sudah balik lagi ke Singapore, dan kali ini minta bantuan Boss saya untuk dicariin kerjaan lagi di Singapore.

What happened? Tanya boss saya. Sarukh bercerita, setelah pulang ke India, anak remajanya yang dibesarkan di Singapore menjadi rada-rada stress dan menjadi pasien tetap psikiater di sana. Selidik-punya selidik agaknya hal itu disebabkan karena anaknya Sarukh tidak bisa menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan dari kondisi yang sangat mapan (Singapore) ke kondisi yang sebaliknya (India).
Jadi, dalam hal ini, anak si Sarukh yang sudah biasa hidup dalam kemapanan tidak punya "kemampuan bertahan waras" untuk hidup di negara yang belum mapan. Demi kebaikan anaknya, akhirnya si Sarukh memutuskan menunda pensiun dini-nya dan kembali kerja di Singapore.

Kalau kita-kita yang sudah biasa hidup susah di Jakarta, pindah or berkunjung ke India sih nggak ada masalah. Saya jadi ingat, 2 tahun lalu ketika saya dan rekan-rekan kerja saya berkunjung ke India, boss saya wanti-wanti untuk : bawa obat sakit perut, dan selama di India hanya minum-minuman dari botol/kaleng. Kalau ke restoran lokal jangan sekali-kali minum air putih yang disediakan dari dari teko/ceret di restoran tersbut, karena kebersihan airnya tidak terjamin, dan biasanya perut orang asing tidak siap untuk itu; begitu nasehat boss saya.
Pada waktu itu satu rombongan yang berangkat ke India terdiri dari 5 orang. Satu orang Jepang –dari Jepang, dua orang Singapore dan dua orang Indonesia (termasuk saya baru sebulan kerja di Singapore).
Dalam 2 minggu kunjungan ke India, kolega dari Singapore dan Jepang langsung menderita diare di Minggu pertama ke India. Diseliki, kemungkinan penyebabnyat adalah mereka pernah memesan kopi atau teh di restoran lokal pada saat makan siang (yang tentunya tidak dari botol). Sementara si orang Jepang, walaupun secara ketat dia hanya minum-minuman botol atau kaleng selama makan di restoran-restoran lokal, terkena diare, diduga karena si orang jepang ini menggunakan air keran dari hotel untuk berkumur-kumur selama sikat gigi. Sedangkan saya dan satu orang rekan lagi dari Indonesia, sehat walafiat tidak menderita suatu apapun selama di sana (mungkin karena di Indoneisa, sudah terbiasa jajan es dipinggir jalan yang airnya tidak lebih bersih dari air di restoran-restoran India)

What is the moral of the story?
Kita harus bangga karena Kita bisa lebih baik dari orang Jepang dan Singapore!!!! (at least, dalam hal ketahanan perut).

Cerita lainnya lagi, bulan lalu saya di kirim kantor (yang base-nya di Singapore) untuk mengikuti sebuah workshop di Rio de Janeiro Brazil. Total waktu trempuh saya dari Singapore ke hotel saya di Rio de Janeiro Brazil adalah 36 jam (termasuk 5 jam transit di Eropa). Sebenarnya, dari Singapore ke Brazil, jalur yang paling umum dan cepat adalah ke arah Timur, transit di Amerika, terus ke Brazil. Dengan jalur ini saya perkirakan, dalam 26-30 jam saya sudah bisa mencapai Brazil. Cuma, karena saya orang Indonesia, untuk transit di Amerika pun saya butuh apply VISA Amerika, yang mana proses aplikasi visa tersebut memerlukan waktu sedikitnya 2 minggu. Padahal, saya tidak punya waktu sebanyak itu. Alhasil, yah begitulah, saya harus memilih rute yang sebelaliknya, mengeliling belahan bumi bagian barat, transit di Amsterdam, dengan waktu tempuhnya 6- 10 jam lebih lama. Jadinya, cukup melelahkan, tapi nggak apa-apa, namanya juga orang Indonesia, harus terbiasa dengan hal-hal yang susah-susah.
Saya sampai di hotel di Rio, hari minggu jam 11 Malam. Dan keesokan paginya saya langsung mengikuti workshop di sana. Walaupun masih terasa lelah, saya tetap berusaha untuk terlibat aktif dalam workshop pagi itu, dengan mengajukan pertanyaan atau memberi masukan atas pertanyaan peserta lainnya. Pada saat istirahat, saya sempat berbincang-bincang dengan kolega-kolega dari Jerman peserta workshop itu. Beberapa dari mereka mengeluh kecapaian dan menderita "jet lag", karena mereka telah menempuh 12 jam perjalanan dari Jerman, dan baru saja tiba di Brazil hari minggu siang, sehingga belum cukup waktu istirahat untuk adaptasi Jet lag, begitu keluh mereka. Lalu, saya berkata pada mereka, bahwa sebenarnya mereka lebih beruntung dari saya, karena saya harus menempuh 36 jam perjalanan dari Singapore, dan baru tiba di hotel pukul sebelas malem, kurang dari 12 jam sebelum workshop dimulai. Mereka tertegun, salah seorang dari mereka bertanya pada saya:

"Tapi kamu naik pesawat, di kelas Bisnis khan?"
"Tidak, jatah saya Cuma kelas ekonomi",
jawab saya lagi.
Mereka terlihat semakin terkagum-kagum (atau kasihan?), dan salah seorang dari mereka memuji.
"Its very impressive, you guys Singaporean are really-really hard workers"
"I’m not Singaporean, I’m Indonesian working in Singapore" jawab saya dengan bangga.

Agaknya, hari itu saya menjadi cukup terkenal di kalangan kolega dari Jerman, hanya karena terbang selama 36 jam dari Singapore, baru tiba kurang dari 12 jam sebelumnya dan masih bisa secara aktif mengikuti workshop tersebut. Saya tahu kalau saya menjadi pembicaraan mereka , karena sewaktu makan malam, kolega dari jerman lainnya - yang saya tidak pernah ceritakan mengenai perjalanan saya dari Singapore – bertanya pada saya tips and trick supaya bisa tetap segar setelah menempuh perjalanan begitu lama (ini berarti dia mendapatkan cerita saya dari kolega jerman lainnya). Saya bingung jawabnya. Ingin sekali saya menjawab :

"Berlatihlah dengan naik kereta api super ekonomi dari Jakarta ke Surabaya di saat-saat mendekati hari lebaran. Kalau Anda terbiasa dengan alat transportasi ini- di mana tidak hanya species "Homo Sapiens" yang bisa menjadi penumpangnya , dan di tambah lagi waktu tempuhnya yang lama sekali karena hampir di setiap setasion harus berhenti, maka Anda akan bisa menaklukkan semua alat transportasi terbang apapun yang ada di muka bumi ini".
Namun, saya urungkan memberi jawaban di atas, karena saya khawatir dia tidak akan mengerti atas apa yang saya jelaskan, dan saya yakin mereka tidak bisa "survive" dengan alat transportasi ini, yang fasilitasnya tentu jauh dari kelas bisnis pesawat terbang (Note : kolega saya dari jerman, otomatis mendapat fasilitas kelas bisnis di pesawat apabila waktu tempuhnya lebih dari 10 jam).

Seminggu, setelah saya pulang dari Workshop di Brazil, ntah karena terkagum-kagum dengan "kemampuan hidup susah" (dari sudut pandang mereka) yang saya miliki, atau karena alasan lainnya, kolega saya dari Jerman yang saya temui di Brazil, menghubungi atasan saya yang intinya meminta saya untuk ditugaskan ke Jerman, membantu project yang saat ini sedang berjalan di sana. Alhasil, bulan September – November saya akan bergabung dengan kolega-kolega di Jerman menyelesaikan project di sana.
Cukup membanggakan, karena, kata boss saya, ini kali pertama "Kantor Pusat" meminta bantuan dari kantor cabang untuk mensupport project yang sedang mereka kerjakan di kantor pusat.

Jadi, setelah membaca tulisan ini, saya harap pembaca sekalian punya alasan semakin bangga menjadi orang Indonesia. Kalau anda lagi di luar negeri dan ditanya "Anda dari mana?" Jawablah dengan bangga:
Ya, Saya dari Indonesia,
Negara yang lagi susah,
Saya juga hidupnya susah
Tapi saya bisa "survive",
Dan saya bangga karenanya!!!Any Problem???

Mahendra Hariyanto,
Singapore, 24 Agustus 2006.
Selamat merayakan HUT kemerdekaan. MERDEKA!!!

16 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Salut sudah bangga menjadi orang Indonesia :) Salam kebersamaan!
Yudhis
tunascendekia.org

7:39 PM, August 31, 2006

 
Anonymous Anonymous said...

Mahendra.....gue juga bangga jadi temen lu.

Best Regards

Mifta

6:02 PM, November 25, 2006

 
Blogger Mahendra_Hariyanto said...

wah terima kasih buat komentarnya.

Mifta, gue juga bangga jadi temen loe. :)

8:33 PM, November 27, 2006

 
Anonymous Anonymous said...

wah terima kasih tulisannnya..mudah2an kalo kta jadi pindah ke singapore udah tahan mental..mungkin malah kesenengan..biasa susah di indonesia ini semua tertib, tersedia..bravo deh..

NB : alhamdulilah saya udah pernah tinggal di jerman setahun jadi mungkin sdh ada gambaran bagaimana tinggal dinegara maju..hehe
salam buat mas hendra dari kita keluarga Bahtiar di Jimbaran Bali

7:05 PM, June 09, 2007

 
Anonymous Anonymous said...

Mas Mahendra,
saya dukung sepenuhnya usaha anda memperjuangkan nasib kita2 pekerja2 WNI di perantauan.
Saya udah post-kan surat anda di mana2, salah satunya di forum detik.com dan di http://triyani.wordpress.com/2008/12/16/keresahan-wni-yang-bekerja-di-luar-negeri-karena-pajak/
Saya juga udah forward-in suratnya ke email2 ini =
redaksikcm@kompas.co.id,redaksikcm@kompas.com,moderator@kontan.co.id,red.web@kontan.co.id,moderator@kontan.co.id,red.web@kontan.co.id,redaksi@poskota.co.id,koransp@suarapembaruan.com,info@partaibarisannasional.org,info@hanura.or.id,info@partaigerindra.or.id,redaksi@ppp.or.id,dpp@ppp.or.id,lpp@ppp.or.id,admint.pdiperjuangan@googlemail.com,info@partaibarnas.org,dpp@partai-kedaulatan.org,dpp@dpp-pkb.org,redaksi@tempo.co.id, info@caleg.org
Semoga masih ada pejabat / politikus / wartawan yang berbaik hati mau mendengar & menilik jeritan hati & keresahan kita WNI2 di luar negeri yang jadi innocent victim Dirjen Pajak yang cuman peduli untuk mengejar target boss Sri Mulyani 500+ Trilyun tahun ini & 600+ trilyun tahun depan :-(
Bagaimana kabarnya soal anda katanya akan diwawancarai oleh BBC mengenai hal ini ?

Salam dari sesama WNI perantauan dari Singapura,
RO.

7:47 PM, December 16, 2008

 
Blogger Mahendra_Hariyanto said...

terima kasih pak Rhoma atas dukungannya

9:36 PM, December 16, 2008

 
Anonymous Anonymous said...

mantap sekali tulisannya mas

4:43 PM, December 31, 2008

 
Blogger Mahendra_Hariyanto said...

@C.P Djoeminem..
Terima kasih atas komentarnya

10:16 AM, January 01, 2009

 
Anonymous mario devan said...

wah thanks bro....ternyata ada gunanya juga saya hidup susah....hehehe

11:27 AM, December 29, 2009

 
Blogger Mahendra_Hariyanto said...

@ mario Devan.. sama-sama. makasih juga komentarnya

8:38 AM, January 01, 2010

 
Anonymous Wiro Sableng said...

Malem Jumat enggak bisa tidur. Daripada suntuk mendingan blogwalking aja deh. Nyari ilmu baru dan nyari sahabat baru. Salam kenal aja dari saya. klo mau berkunjung balik ke blog saya, cuma kata terima kasih yang dapat saya sampaikan. Ijin menyimak isi artikelnya dan ijin komentar ya gan....

Kok Artikelnya sama persis ya sama yang di muhsinlabib.wordpress.c0m ?? dengan judul "Proud to be Indonesian" ... Wiro Sableng jadi bingung nih yang asli nulis pertama sapa ya...

2:55 AM, July 23, 2010

 
Blogger Mahendra_Hariyanto said...

@ Wiro Sableng
Makasih sudah mampir..

tulisan di sini yang asli.. diposting sejak tahun 2006.

di situs : muhsinlabib.wordpress.c0m sendiri di bilang kalau ybs dapet dari milis (sayang tidak disebutkan pengarang aslinya)

sebagai referensi anda bisa lihat dari "archive" milis-2 yang menyebarkan tulisan ini. Masih banyak yang mengutip pengarang aslinya. diantaranya:

http://www.te.ugm.ac.id/forum/viewtopic.php?f=13&t=2789&start=0&st=0&sk=t&sd=a

Salam kenal

4:44 AM, July 23, 2010

 
Blogger r41nbuw said...

salam kenal bang, saya achmad mardiansyah, dulu tn-7 & stt-99.
senang rasanya ketemu alumni lagi
minta ijin tulisannya saya mirror ke blog saya yah.
http://achmad.glclearningcenter.com/2006/09/17/bangga-menjadi-orang-indonesia/

11:20 PM, September 17, 2011

 
Blogger Mahendra_Hariyanto said...

salam kenal juga Achmad... ok silakan saja...

6:44 AM, September 18, 2011

 
Anonymous Anonymous said...

walah mas.. makasi byk atas tulisan nya.. saya bnr2 terharu.. jd inget dulu sering naek KRD kalo mau kuliah yang isinya bkn cm manusia tp juga ayam n sayur mayur..
semangat mas ^_^

10:46 PM, March 08, 2012

 
Anonymous chiara S said...


Wah mantap bro.sy jg bangga jd org indonesia .trutama soal ketahanan perut. Sy memang suka jajan apa aja yg d jual abang" gtu dr gorengan, kue smp baso kuah. Jdi perut sy kuat bnged dgn makanan dr mana aja.nah blm tntu dgn org dr negara lain bs punya ketahanan perut sprt kita ya.dan tntu sja sya jdi org yg sabar tiada duanya krn udah biasa bermacet macet n ngantri.hehehehee ....hidup Indonesia :)

7:02 PM, August 30, 2014

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home